Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Sebagian Keutamaan Alhamdulillah

Jumat, 02 Agustus 24
***

Sesungguhnya segala puji bagi Allah. Kita memuji-Nya, kita memohon pertolongan-Nya, kita memohon ampunan-Nya, dan kita bertaubat kepada-Nya. Kita juga berlindung kepada Allah dari keburukan jiwa-jiwa kita dan kejelekan amal-amal kita. Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkan-Nya. Dan barang siapa disesatkan-Nya, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.

Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada beliau beserta segenap keluarga dan para sahabatnya semuanya.
**

Ketahuilah bahwa pujian kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-merupakan seagung-agung doa. Ungkapan tersebut merupakan sesuatu yang agung yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Rabb langit dan bumi.

Pujian (kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-), keutamaannya cukup banyak tidak terhingga jumlahnya. Demikian pula halnya buah dan pengaruhnya tehadap orang-orang yang melakukan pujian kepada-Nya. Pahalanya, di sisi Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berlimpah. Karena sesungguhnya Allah-ÚóÒøóæóÌóáøó-Maha Terpuji dan menyukai pujian.

Dengan ‘pujian’ lah Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-membuka kitab-Nya, dan surat ‘al-Hamd’ (surat ‘pujian’, yakni, surat al-Fatihah) merupakan surat paling utama di dalam al-Qur’an. Dan, Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-pun membuka sebagian surat al-Qur’an dengan ‘pujian.’ Dan Allah-ÚóÒøóæóÌóáøó- menyebutkan kata ‘ÇáÍãÏó’ (pujian) di lebih dari 40 tempat di dalam al-Qur’an. Allah -ÚóÒøóæóÌóáøó- membuka penciptaan makhluk-Nya dengan ‘pujian’, saraya berfirman,


ÇáúÍóãúÏõ áöáøóåö ÇáøóÐöí ÎóáóÞó ÇáÓøóãóÇæóÇÊö æóÇáúÃóÑúÖó æóÌóÚóáó ÇáÙøõáõãóÇÊö æóÇáäøõæÑó Ëõãøó ÇáøóÐöíäó ßóÝóÑõæÇ ÈöÑóÈøöåöãú íóÚúÏöáõæäó [ÇáÃäÚÇã : 1]


Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, dan menjadikan gelap dan terang, namun demikian orang-orang kafir masih mempersekutukan Tuhan mereka dengan sesuatu. (al-An’am : 1)

Dia -ÚóÒøóæóÌóáøó- menutup penciptaan makhluk-Nya juga dengan ‘pujian,’ seraya berfirman setelah Dia-ÚóÒøóæóÌóáøó-menyebutkan tempat kesudahan penduk Surga dan tempat kesudahan penduduk Neraka,


æóÊóÑóì ÇáúãóáóÇÆößóÉó ÍóÇÝøöíäó ãöäú Íóæúáö ÇáúÚóÑúÔö íõÓóÈøöÍõæäó ÈöÍóãúÏö ÑóÈøöåöãú æóÞõÖöíó Èóíúäóåõãú ÈöÇáúÍóÞøö æóÞöíáó ÇáúÍóãúÏõ áöáøóåö ÑóÈøö ÇáúÚóÇáóãöíäó [ÇáÒãÑ : 75]


Dan engkau (Muhammad) akan melihat malaikat-malaikat melingkar di sekeliling ‘Arsy, bertasbih sambil memuji Tuhannya; lalu diberikan keputusan di antara mereka (hamba-hamba Allah) secara adil dan dikatakan, “Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.” (az-Zumar : 75)

Pujian kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-juga merupakan doa terakhir penduduk Surga. Dia-ÚóÒøóæóÌóáøó-berfirman,


ÏóÚúæóÇåõãú ÝöíåóÇ ÓõÈúÍóÇäóßó Çááøóåõãøó æóÊóÍöíøóÊõåõãú ÝöíåóÇ ÓóáóÇãñ æóÂÎöÑõ ÏóÚúæóÇåõãú Ãóäö ÇáúÍóãúÏõ áöáøóåö ÑóÈøö ÇáúÚóÇáóãöíäó [íæäÓ : 10]


Doa mereka di dalamnya ialah “Subhanakallahumma” (Mahasuci Engkau, ya Tuhan kami), dan salam penghormatan mereka ialah “Salam” (salam sejahtera). Dan penutup doa mereka ialah alhamdulillahi rabbil ‘alamin’ (segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam). (Yunus : 10)

Dan, Rabb kita-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-adalah “ÇóáúÍóãöíúÏõ” (al-Hamid, Yang Maha Terpuji), karena termasuk nama-nama-Nya yang terindah adalah “al-Hamid”. Dia-ÚóÒøóæóÌóáøó-telah menyebutkan nama ini di lebih dari 15 tempat di dalam al-Qur’an. Di antaranya adalah firman-Nya,


íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáäøóÇÓõ ÃóäúÊõãõ ÇáúÝõÞóÑóÇÁõ Åöáóì Çááøóåö æóÇááøóåõ åõæó ÇáúÛóäöíøõ ÇáúÍóãöíÏõ [ÝÇØÑ : 15]


Wahai manusia ! Kamulah yang memerlukan Allah ; dan Allah Dialah Yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu), Maha Terpuji (Fathir : 15)

“Al-Hamid” merupakan nama yang agung nan mulia menunjukkan akan kesempurnaan penyifatan diri Rabb kita dengan ‘pujian’ dan keberhakan diri-Nya untuk menyandang nama dan sifat tersebut. Maka, Dia-ÚóÒøóæóÌóáøó-adalah ‘al-Hamid’ (Yang Maha Terpuji) yang berhak untuk dipuji, karena Dia-ÚóÒøóæóÌóáøó-memiliki nama-nama yang terindah dan sifat-sifat yang tinggi, dan karena Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-memiliki kesempurnaan, kemuliaan dan keagungan. Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-Maha Terpuji atas nikmat-nikmat-Nya yang datang terus menerus dan silih berganti, dan atas pemberian-Nya yang tidak terhingga dan tak terhitung jumlahnya.

Dan, Nabi kita Muhammad- Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- adalah imam orang-orang yang memuji-Nya. Dan di tangan beliau-lah pada hari Kiamat nanti panji ‘al-Hamd’ (pujian) dipegang. Panji tersebut merupakan panji yang sebenarnya yang dipegang oleh tangan beliau - Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-. Orang-orang yang gemar memuji-Nya, dari kalangan orang-orang yang hidup terdahulu hingga orang-orang yang hidup di akhir zaman bakal berkumpul dan bergabung di bahwah panji ini. Dalam riwayat at-Tirmidzi dari hadis Abu Sa’id al-Khudriy-ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ-disebutkan bahwa Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda,


ÃóäóÇ ÓóíøöÏõ æóáóÏö ÂÏóãó íóæúãó ÇáúÞöíóÇãóÉö æóáóÇ ÝóÎúÑó ¡ æóÈöíóÏöí áöæóÇÁõ ÇáúÍóãúÏö æóáóÇ ÝóÎúÑó ¡ æóãóÇ ãöäú äóÈöíøò íóæúãóÆöÐò ÂÏóãõ Ýóãóäú ÓöæóÇåõ ÅöáøóÇ ÊóÍúÊó áöæóÇÆöí


Aku adalah penghulu anak Adam pada hari Kiamat bukannya untuk membanggakan diri. Di tanganku terdapat panji pujian bukannya untuk membanggakan diri, dan tidak ada seorang Nabi pun pada hari itu, baik Adam maupun yang lain kecuali berada di bawah panjiku…

Maka, orang-orang yang gemar memuji Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, dari kalangan orang-orang yang hidup dahulu hingga orang-orang yang hidup terakhir semua bergabung di bawah panji yang penuh berkah lagi mulia ini yang berada di tangan penghulu imam orang-orang yang gemar memuji Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, yaitu, Nabi kita Muhammad- Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-.

Wahai para hamba Allah !

Semakin banyak seorang h amba memuji Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, niscaya ia lebih besar peluangnya dan lebih utama untuk semakin dekat dengan panji ‘al-Hamd’ ini.

Dan, di Surga-wahai orang-orang yang berakal- ada sebuah rumah yang dinamakan dengan “Baitul Hamdi” (Rumah Pujian), Rabb kita-ÚóÒøóæóÌóáøó-mengkhususkan rumah ini bagi orang-orang yang gemar memuji-Nya pada saat lapang dan saat sempit, saat kesusahan dan saat bahagia. Datang di dalam hadis riwayat at-Tirmidzi dan yang lainnya bahwa Nabi- Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bersabda,


ÅöÐóÇ ãóÇÊó æóáóÏõ ÇáúÚóÈúÏö ÞóÇáó Çááøóåõ áöãóáóÇÆößóÊöåö ÞóÈóÖúÊõãú æóáóÏó ÚóÈúÏöí ÝóíóÞõæáõæäó äóÚóãú ÝóíóÞõæáõ ÞóÈóÖúÊõãú ËóãóÑóÉó ÝõÄóÇÏöåö ÝóíóÞõæáõæäó äóÚóãú ÝóíóÞõæáõ ãóÇÐóÇ ÞóÇáó ÚóÈúÏöí ÝóíóÞõæáõæäó ÍóãöÏóßó æóÇÓúÊóÑúÌóÚó ÝóíóÞõæáõ Çááøóåõ ÇÈúäõæÇ áöÚóÈúÏöí ÈóíúÊðÇ Ýöí ÇáúÌóäøóÉö æóÓóãøõæåõ ÈóíúÊó ÇáúÍóãúÏö


Apabila anak seorang hamba meninggal dunia, Allah berfirman kepada para Malaikat-Nya, ‘Kalian telah memegang (nyawa) anak hamba-Ku.’ Mereka pun menjawab, ‘Iya.’ Lalu, Dia (Allah) berfirman, ‘Kalian telah memegang (nyawa) buah hatinya ? Mereka pun menjawab, ‘Iya.’ Lalu, Dia (Allah) berfirman, ‘Apa yang dikatakan oleh hamba-Ku ? Mereka pun menjawab, ‘Ia (hamba-Mu) memuji-Mu dan beristirja’ (mengucapkan : ÅöäøóÇ áöáóåö æóÅöäøóÇ Åöáóíúåö ÑóÇÌöÚõæúäó , sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nyalah kami akan kembali). Maka, berfirmanlah Allah, ‘bangunkanlah sebuah rumah di Surga untuk hamba-Ku dan namakanlah rumah itu dengan ‘baitul hamdi’ (rumah pujian)

Wahai hamba-hamba Allah !

Hendaknya seorang Mukmin memanfaatkan dengan sebaik-baiknya kehidupannya dan mempergunakan waktu-waktunya untuk memperbanyak pujian kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-di setiap waktu dan kesempatan. Terlebih lagi pada waktu-waktu yang sangat ditekankan untuk memuji-Nya.

Adalah Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-biasa membuka khutbah-khutbahnya dengan memuji Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Beliau juga memperbanyak pujian kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dalam shalatnya dan penghujung shalatnya. Maka, shalat itu berdiri di atas pujian kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-. Karena shalat itu dibuka dengan pujian kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-dan surat ‘al-Hamd’ (surat pujian, yakni, surat al-Fatihah) merupakan rukun di antara rukun-rukun shalat.

Di dalam rukuk dan sujudnya, beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-biasa mengucapkan :


ÓõÈúÍóÇäóßó Çááøóåõãøó æóÈöÍóãúÏößó¡ Çóááøóåõãøó ÇÛúÝöÑú áí


Maha suci Engkau, ya Allah, dan segala pujian bagi-Mu. Ya Allah ! Ampunilah aku.[1]

Dan ketika bangkit dari rukuk, beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-mengucapkan :


ÑóÈøóäóÇ áóßó ÇáúÍóãúÏõ ãöáúÁó ÇáÓøóãóæóÇÊö æóÇáÃóÑúÖö æóãöáúÁó ãóÇ ÔöÆúÊó ãöäú ÔóìúÁò ÈóÚúÏõ Ãóåúáó ÇáËøóäóÇÁö æóÇáúãóÌúÏö ÃóÍóÞøõ ãóÇ ÞóÇáó ÇáúÚóÈúÏõ æóßõáøõäóÇ áóßó ÚóÈúÏñ Çááøóåõãøó áÇó ãóÇäöÚó áöãóÇ ÃóÚúØóíúÊó æóáÇó ãõÚúØöìó áöãóÇ ãóäóÚúÊó æóáÇó íóäúÝóÚõ ÐóÇ ÇáúÌóÏøö ãöäúßó ÇáúÌóÏøõ


Wahai Rabb kami, segala puji bagi-Mu sepenuh langit dan bumi, serta sepenuh sesuatu yang Engkau kehendaki setelah itu, wahai Pemilik pujian dan kemuliaan itulah yang paling hak yang diucapkan seorang hamba. Dan setiap kami adalah hamba untuk-Mu. Ya Allah tidak ada penghalang untuk sesuatu yang Engkau beri, dan tidak ada pemberi untuk sesuatu yang Engkau halangi. Tidak bermanfaat harta orang yang kaya dari azab-Mu.[2]

“Itulah yang paling hak yang diucapkan seorang hamba” , yakni, bahwa pujian kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-merupakah hal yang paling utama yang dikatakan oleh seorang hamba.

Beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-juga biasa menutup shalatnya dengan menyebut nama Allah ‘al-Hamid’.

Beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-juga biasa mengucapkan ‘ÇóáúÍóãúÏõ áöáøóåö’ (segala puji bagi Allah) pada penghujung setiap shalat (wajib)nya. Beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-mengucapkannya dalam kata yang beliau ucapkan berupa dzikir-dzikir pada penghujung shalat-shalat wajibnya.

Nabi kita -Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- ketika berbaring di pembaringannya untuk tidur, juga memuji Rabbnya Yang Maha Mulia, Yang Maha Mengetahui, Yang Maha Agung lagi Maha Tinggi. Beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-biasa mengucapkan :


ÇáúÍóãúÏõ áöáøóåö ÇáøóÐöí ÃóØúÚóãóäóÇ æóÓóÞóÇäóÇ æóßóÝóÇäóÇ æóÂæóÇäóÇ Ýóßóãú ãöãøóäú áóÇ ßóÇÝöíó áóåõ æóáóÇ ãõÄúæöíó


“Segala puji bagi Allah Dzat yang telah memberikan makan dan minum kepada kami, mencukupi kebutuhan kami, dan memberikan kepada kami tempat berlindung, karena masih banyak orang yang tidak mempunyai kecukupan dan tempat berlindung.” [3]

Dan, kala beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-bangun, beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-pun memuji Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-[4].

Jadi, beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- membuka harinya dengan pujian dan menutup harinya dengan pujian pula. Dan, beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- pun memperbanyak pujian kepada-Nya dalam setiap waktu dan kesempatan. Beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-pernah juga bersabda,


Åöäøó Çááøóåó áóíóÑúÖóì Úóäú ÇáúÚóÈúÏö Ãóäú íóÃúßõáó ÇáúÃóßúáóÉó ÝóíóÍúãóÏóåõ ÚóáóíúåóÇ Ãóæú íóÔúÑóÈó ÇáÔøóÑúÈóÉó ÝóíóÍúãóÏóåõ ÚóáóíúåóÇ


Sesungguhnya Allah sangat suka kepada hamba-Nya yang mengucapkan tahmid (Alhamdulillah) sesudah makan dan minum (Diriwayatkan oleh Muslim di dalam Shahihnya)

Dan, imam at-Tirmidzi meriwayatkan di dalam Jami’nya, dari Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-beliau bersabda,


ãóäú Ãóßóáó ØóÚóÇãðÇ ÝóÞóÇáó ÇáúÍóãúÏõ áöáøóåö ÇáøóÐöí ÃóØúÚóãóäöí åóÐóÇ æóÑóÒóÞóäöíåö ãöäú ÛóíúÑö Íóæúáò ãöäøöí æóáóÇ ÞõæøóÉò ÛõÝöÑó áóåõ ãóÇ ÊóÞóÏøóãó ãöäú ÐóäúÈöåö


Barang siapa mengonsumsi makanan, lalu ia mengucapkan ‘ Segala puji bagi Allah Dzat yang telah memberiku makanan ini, dan merezikikan kepadaku tanpa daya serta kekuatan dariku’ maka diampuni dosanya yang telah lalu.

Dan, adalah beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-ketika mengenakan baju baru atau imamah, beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- menyebutkan namanya (pakaian tersebut), kemudian beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-mengucapkan :


Çááøóåõãøó áóßó ÇáúÍóãúÏõ ÃóäúÊó ßóÓóæúÊóäöíåö ¡ ÃóÓúÃóáõßó ÎóíúÑóåõ æóÎóíúÑó ãóÇ ÕõäöÚó áóåõ æóÃóÚõæÐõ Èößó ãöäú ÔóÑøöåö æóÔóÑøö ãóÇ ÕõäöÚó áóåõ


Ya Allah ! Hanya milik-Mu segala puji. Engkaulah yang memberikan pakaian ini kepadaku. Aku memohon kepada-Mu untuk memperoleh kebaikannya dan kebaikan yang terbuat karenanya (untuk beribadah dan ketaatan kepada Allah). Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan dan keburukan yang terbuat karenanya (untuk bermaksiat kepada Allah).[5]

Dan, beliau-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-juga pernah bersabda,


ÅöÐóÇ ÚóØóÓó ÃóÍóÏõßõãú ÝóáúíóÍúãóÏú Çááøóåó


Apabila salah seorang di antara kalian bersin, hendaklah ia memuji Allah.[6]

Karena bersin merupakan nikmat, dan seorang hamba hendaknya memperhatikan pujian kepada pemberi kenikmatan dan memperbanyak bersyukur kepada-Nya serta menyanjung-Nya di setiap waktu dan kesempatan.

Wahai hamba-hamba Allah !

Bahkan, pujian itu sendiri merupakan kenikmatan. Maka, barang siapa diberi taufik untuk mengungkapkan pujian kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, maka sungguh ia telah dibimbing untuk mendapatkan kenikmatan yang sangat agung. Karena sesungguhnya nikmat Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-atas hamba-Nya berupa dapat memuji-Nya itu lebih agung daripada kenikmatan berupa makanan dan minuman, pasangan hidup, kesehatan dan kenikmatan-kenikmatan yang lainnya. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-beliau bersabda,


ãóÇ ÃóäúÚóãó Çááøóåõ Úóáóì ÚóÈúÏò äöÚúãóÉð ÝóÞóÇáó ÇáúÍóãúÏõ áöáøóåö ÅöáøóÇ ßóÇäó ÇáøóÐöí ÃóÚúØóÇåõ ÃóÝúÖóáó ãöãøóÇ ÃóÎóÐó


Tidaklah Allah mengaruniakan sebuah kenikmatan kepada seorang hamba, lalu sang hamba mengatakan, ‘Segala puji bagi Allah.’ melainkan sesuatu yang diberikan-Nya lebih utama daripada sesuatu yang ia ambil.[7]

Yakni, apa yang Dia-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-berikan kepada sang hamba, yaitu, berupa pujiannya kepada Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-, -di mana hal tersebut merupakan karunia dari Allah-ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì-,-adalah lebih utama daripada apa yang diambilnya berupa kenikmatan duniawi berupa kesehatan, afiyat, harta, anak, pasangan hidup dan yang lainnya.

Dan, ÇóáúÍóãúÏõ ‘al-Hamdu’ (pujian) merupakan doa yang paling utama, sebagaimana halnya áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááåõ merupakan sanjungan yang paling utama. Di dalam hadis yang shahih dari Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- bahwa beliau bersabda,


ÃóÝúÖóáõ ÇáÐøößúÑö áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááøóåõ ¡ æóÃóÝúÖóáõ ÇáÏøõÚóÇÁö ÇáúÍóãúÏõ áöáøóåö


Dzikir yang paling utama adalah áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ Çááøóåõ (yang maknanya, ‘Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah.’) dan doa yang paling utama adalah ÇáúÍóãúÏõ áöáøóåö (segala puji bagi Allah). [8]

Dan, ÇáúÍóãúÏõ (kalimat pujian) akan memenuhi timbangan pada hari Kiamat. Di dalam shahih Muslim diriwayatkan dari hadis Abu Malik al-Asy-‘ariy- ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ- bahwa Nabi-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó- bersabda,


ÇáØøõåõæÑõ ÔóØúÑõ ÇáúÅöíãóÇäö æóÇáúÍóãúÏõ áöáøóåö ÊóãúáóÃõ ÇáúãöíÒóÇäó æóÓõÈúÍóÇäó Çááøóåö æóÇáúÍóãúÏõ áöáøóåö ÊóãúáóÂóäö Ãóæú ÊóãúáóÃõ ãóÇ Èóíúäó ÇáÓøóãóÇæóÇÊö æóÇáúÃóÑúÖö


Bersuci merupakan separuh keimanan; ucapan ‘alhamdulillah’ dapat memenuhi timbangan, sementara ucapan ‘subhanallah’ dan ‘alhamdulillah’ dapat memenuhi ruang antara langit dan bumi…

Wahai hamba-hamba Allah !

Oleh karena itu, hendaknya kita menjadi orang-orang yang gemar memuji Rabb kita. Dan hendaknya kita memperbanyak pujian kepada Rabb kita; karena sesungguhnya Dia Maha Terpuji dan menyukai pujian.

Ya Allah ! Berilah taufik kepada kami semuanya untuk memuji-Mu dan baik dalam menyanjung-Mu, wahai Dzat yang Maha Terpuji, wahai Dzat yang Maha Mulia.

Ya Allah ! Jadikanlah kami termasuk hamba-hamba-Mu yang gemar memuji-Mu, orang-orang yang senantiasa memuji-Mu saat keadaan lapang dan sempit, saat dalam keadaan suka dan duka, dan pada semua keadaan.

Amin

Wallahu A’lam

(Redaksi)

Sumber :

Fadhai-il al-hamdulillah, Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin al-Badr-ÍóÝöÙóåõ Çááåõ-. Dengan sedikit tambahan dan gubahan

Catatan :

[1] Berdasarkan hadis,


Úóäú ÚóÇÆöÔóÉó ÞóÇáóÊ : ßóÇäó ÑóÓõæúáõ Çááåö Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æó Óóáøóãó íõßúËöÑõ Ãóäú íóÞõæúáó Ýöí ÑõßõæúÚöåö æóÓõÌõæúÏöåö ( ÓõÈúÍóÇäóßó Çááøóåõãøó æóÈöÍóãúÏößó . Çóááøóåõãøó ÇÛúÝöÑú áöí ) íóÊóÃóæøóáó ÇáúÞõÑúÂäó


Dari Aisyah, ia berkata : Rasulullah-Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó-biasa memperbanyak untuk mengatakan di dalam rukuknya dan sujudnya, ‘Maha suci Engkau, ya Allah, dan segala pujian bagi-Mu. Ya Allah ! Ampunilah aku.’ Beliau mentakwilkan al-Qur’an (HR. Ibnu Majah)

[2] HR. Muslim, no. 1099

[3] HR. Muslim, no. 64 dan Abu Dawud, no. 5053

[4] Berdasarkan hadis,


Úóäú ÍõÐóíúÝóÉó Èúäö ÇáúíóãóÇäö ÞóÇáó ßóÇäó ÇáäøóÈöíøõ Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó ÅöÐóÇ Ãóæóì Åöáóì ÝöÑóÇÔöåö ÞóÇáó ÈöÇÓúãößó ÃóãõæÊõ æóÃóÍúíóÇ æóÅöÐóÇ ÞóÇãó ÞóÇáó ÇáúÍóãúÏõ áöáøóåö ÇáøóÐöí ÃóÍúíóÇäóÇ ÈóÚúÏó ãóÇ ÃóãóÇÊóäóÇ æóÅöáóíúåö ÇáäøõÔõæÑõ


Dari Hudzaifah bin Yaman, ia berkata : “Apabila Nabi- Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóã-hendak tidur, beliau mengucapkan, ‘Dengan nama-Mu aku mati dan aku hidup.’ Dan apabila bangun tidur, beliau mengucapkan, ‘Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah tempat kembali (HR. al-Bukhari)

[5] HR. Abu Dawud, no. 4022

[6] HR. Abu Dawud, no. 5033, al-Hakim di dalam Mustadraknya, no. 7698, dan an-Nasai di dalam Sunan al-Kubra, no. 10053.

[7] Sunan Ibnu Majah, no. 3805

[8] HR. at-Tirmidzi, no. 3383.


Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatannur&id=1078